5 Besar Momen Bersejarah Piala Dunia
10 macan heroik, dan satu orang anak bodoh, �begitulah judul2 yang menghiasi tabloid-tabloid di Inggris. Sehari setelah Beckham dianggap jadi sumber kegagalan Inggris mengalahkan Argentina. Ketika skor masih berimbang 2-2, Beckham dijatuhkan kapten Argentina, Diego Simeone. Sementara masih terduduk di lapangan Beckham menendang Simeone yang sedang berusaha berdiri, hal itu menyebabkan Simeone kembali terjatuh kesakitan. Sayangnya, kejadian itu berlangsung tepat dihadapan Kim Nielsen. Simeone kemudian mengakui bahwa ia memang sengaja membuat Beckham dikeluarkan oleh wasit, �Dia menendang saya ketika saya sedang berusaha untuk berdiri,� kata Simeone. �Tentu saja saya mengambil keuntungan dari hal itu. Saya pikir orang lain akan melakukan hal yg sama,� lanjutnya lagi.
Ketika Beckham kembali ke Inggris, Ia disambut dengan berbagai macam ejekan, ancaman, dan caci maki. Tapi ia berhasil membalaskan seluruh dendam itu pada tahun 2002, dia mencetak gol melalui titik penalty dan membuat Argentina harus pulang lebih dulu.
Baggio adalah bintang tumpuan bagi Italia di Piala Dunia 1994. Rata-rata dia selalu mencetak gol ketika Italia melewati Nigeria, Spanyol, dan Bulgaria, sampai ke final untuk bersua dengan Brasil. Namun, tampaknya beban yg dipikulnya terlalu berat, sehingga dia memaksakan diri untuk bermain meski kakinya menderita cedera. Pada saat adu penalti, dia adalah penendang terakhir yang masih bisa menghidupkan peluang Italia. �Saya sangat siap ketika itu,� katanya, �Biasanya saya menggunakan sisi kaki untuk menendang. Namun karena saat itu saya sudah tidak memiliki tenaga lagi, saya kemudian berusaha menendang sekencang mungkin,� dan benar jadinya, tendangan itu sangat kencang sampai melewati mistar gawang, seketika itu pula ia berlutut lemas, ia telah gagal.
3. Ludah Rijkaard kepada Voller.(Belanda vs Jerman, Italia 1990)
Semua orang menantikan partai antara Belanda melawan Jerman di putaran kedua Piala Dunia 1990. Tapi tampaknya yang terjadi adalah kekecewaan, karena partai itu sendiri berakhir dengan antiklimaks. Para pemain Belanda terlalu mementingkan gaya dalam bermain, sementara Jerman yang dipimpin Juergen Klinsmann lebih mampu menguasai pertandingan. Satu-satunya kontribusi yg diberikan Frank Rijkaard untuk Belanda adalah ludahnya untuk Rudi Voller. Voller yang tidak bersalah, lantas berjalan keluar dari lapangan dengan penuh rasa heran. Tetapi dia kemudian menerima semua itu dengan sportif.
Voller mungkin dapat memaafkan Rijkaard � mudah baginya karena dia tampil gemilang dalam turnamen, tetapi bagi Rijkaard, hal itu tetap memalukan. Meski demikian dia masih mencoba mengeluarkan lelucon utk itu �Jika saya ingat bagaimana saya meludahi Voller, sebenarnya itu hal yang lucu bukan?�.
Perancis bertemu Italia di final, ketika di menit ke tujuh, si Jenius dari Perancis mampu memerawani gawang si �Laba-laba� Buffon. Keunggulan Perancis tercipta oleh tembakan manis playmaker Real Madrid itu tepat dari titik 12 pas. Lantas serangan demi serangan pun semakin terasa kencang dilakukan Henry dkk. Memasuki menit ke-19, Italia mendapat kesempatan tendangan pojok. Ialah Marco Materazzi melalui tandukan mautnya berhasil menyapu bola umpan dari Andrea Pirlo. 1-1 skor sementara. Kejutan benar-benar terjadi. 10 menit menjelang babak kedua berakhir, tiba tiba wasit Horacio Elizondo menghentikan pertandingan. Di layar terlihat Materazzi terkapar menahan sakit. Tak seberapa lama, kemudian muncul tayangan replay. Zidane menanduk Materazzi!! Yeah� si pemain low profile itu melakukan tindakan konyol! dan dihadiahi kartu merah, dan akhirnya Italy pun juara.
Alasannya, kapten timnas Prancis itu mengaku tidak tahan dengan provokasi Marco Materazzi yang menurut pendengarannya tiga kali melontarkan kalimat yang memaki (menghina) ibu dan saudara perempuannya. Secara terbuka Zidane menyampaikan permohonan maaf atas perbuatan yang memalukan itu. Tapi, Zidane tidak merasa menyesal dengan apa yang telah dilakukannya terhadap Materazzi.
Diego Armando Maradona, si tangan tuhan. Tindakan Maradona mungkin tidak bisa dimaafkan, tapi mungkin para pemain Inggris juga harus disalahkan. Tampaknya Inggris tidak pernah memiliki keberuntungan. Keberuntungan terkahir kali adalah ketika wasit dari Russia mengesahkan gol mereka di tahun 1966.
Tapi sebuah hukum karma kembali di derita Inggris pada Piala Dunia 1986. Bahwa pertandingan babak kedua telah berlangsung selama 10 menit, dan keduanya masih sama-sama berjuang untuk menciptakan gol. Tiba-tiba Steve Hodge bek Inggris menyapu bola tidak sempurna, sehingga bola justru mengarah kekotak penaltinya sendiri. Peter Shilton mencoba melompat dan menangkap bola sebelum Maradona berhasil menyundulnya. Tapi ada satu hal yg menyebabkan Maradona bisa menjangkau bola itu terlebih dahulu. Ia menggunakan tangannya. Bola terpantul dan masuk ke dalam gawang. Wasit Ali Beneceur mengesahkan gol tsb. Setelah itu, Maradona justru kembali mencetak gol kedua bagi Argentina. Dan momen ini benar benar menjadi legenda, pasalnya di kalangan masyarakat Argentina sendiri kini menganggap Diego Armando Maradona sebagai tuhan dalam dunia persepakbolaan Argentina.
(berbagai sumber)
Baca Juga
Post a Comment
Post a Comment