-->
5 Macam Jenis Vaksin Covid-19

5 Macam Jenis Vaksin Covid-19

Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar Covid-19? Tentunya beragam bukan. Nah, covid-19 sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona dan menimbulkan gejala utama berupa gangguan pernapasan. 


Sejak kemunculannya pada tahun 2019, virus ini menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia dan menjadi perbincangan seluruh dunia yang kewalahan menghadapi virus yang satu ini. Hal tersebut juga dikarenakan belum adanya vaksin yang menangkal virus corona itu hingga menjadi salah satu penyebab terbesar kematian di dunia.

Namun, kondisi tersebut berangsur membaik dengan diciptakannya vaksin penangkal virus covid-19 ini. Sebelumnya, mari kita bahas pengertian dari vaksin itu sendiri. 

Vaksin merupakan suatu zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dapat berupa bakteri atau virus yang telah dilemahkan, bisa juga berupa bagian dari bakteri atau virus tersebut. Di Indonesia sendiri, program vaksinasi mulai dijalankan oleh pemerintah sejak bulan januari lalu. 

Program vaksinasi ini diharapkan dapat memutus rantai penyebaran infeksi virus Corona dan menekan angka kasus Covid-19 yang masih terus melonjak sampai saat ini. Untuk itu, berikut ini beberapa informasi terkait vaksin yang harus kita ketahui. 

Berikut di bawah ini 5 macam jenis vaksin Covid-19: 

  • Sinovac 

Di urutan pertama, terdapat vaksin asal China, yaitu vaksin Sinovac. Vaksin tersebut merupakan vaksin pertama yang berhasil didapatkan oleh pemerintah Indonesia dan dipakai untuk memulai program vaksinasi. 

Vaksin asal China ini diproduksi oleh PT Biofarma (Persero) yang bekerja sama dengan Sinovac Biotech. Menurut data terakhir, penggunaannya di Indonesia sendiri sudah mencapai sekitar 3 juta dosis. 

Penyimpanan pada vaksin ini pun cukup mudah, yaitu sekitar 2–8 derajat celcius (suhu kulkas). Hal tersebut mengakibatkan proses distribusi vaksin dan pelaksanaan vaksinasinya lebih mudah. 

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal China tersebut dibuat dengan teknologi inactivated virus alias memanfaatkan virus yang sudah dilemahkan. Pengujian klinis vaksin ini sendiri telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) dari BPOM. 

Meskipun tingkat keamanan vaksin ini lebih berisiko, namun tingkat efikasinya dapat mencapai hingga 65,3%. Vaksin Sinovac memiliki beberapa efek samping dari penggunaannya, yaitu Nyeri atau kemerahan di lokasi penyuntikan, nyeri otot, demam, dan sakit kepala. 

  • Sinopharm

Selain vaksin Sinovac, terdapat juga vaksin Sinopharm yang dikembangkan oleh Beijing BioInstitute Biological Product. Vaksin yang juga berasal dari China ini telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). 

Sama halnya dengan Sinovac, vaksin Sinopharm merupakan vaksin yang dikembangkan dengan teknologi yang lumrah digunakan, yaitu inactivated vaccine. Dimana vaksin tersebut berasal dari virus corona SARS-CoV-2 yang dilemahkan sehingga membentuk antibodi yang dapat melawan virus covid-19. 

Vaksin yang sudah melewati tahap uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan dari otoritas kesehatan di Cina tersebut, dapat disimpan di suhu kulkas, yaitu sekitar 2–8 derajat celcius. Vaksin ini juga diklaim tidak menimbulkan risiko respons penyakit yang serius. 

Selain itu, fek samping yang ditimbulkan juga bersifat ringan, seperti demam, nyeri dan bengkak di lokasi penyuntikan, serta sakit kepala. Sedangkan apabila dilihat dari segi efikasi, vaksin Sinopharm memiliki kemanjuran sekitar 78 persen. 

  • AstraZeneca


Selain kedua vaksin tersebut, vaksin ketiga untuk mengatasi covid 19 ialah vaksin AstraZeneca. Vaksin ini diproduksi oleh Universitas Oxford, Inggris yang bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Swedia yaitu AstraZeneca. 

Vaksin ini menggunakan metode viral vector, yaitu virus yang sudah termodifikasi secara genetik. Dengan teknologi tersebut, virus adenovirus (penyebab pilek dari simpanse) dimodifikasi menyerupai SARS-COV-2 yang tak lain merupakan virus penyebab dari Covid-19. 

Vaksin ini pun dianggap mudah didistribusikan karena tidak perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin, yaitu sekitar 2-8 derajat celcius. Vaksin ini juga telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat dari Otoritas Inggris. 

Sementara itu, kemanjuran dari vaksin AstraZeneca ini dapat mencapai sekitar 60 hingga 70 persen. 

  • Moderna


Di urutan selanjutnya, terdapat vaksin asal Amerika Serikat yaitu vaksin Moderna. Vaksin Covid-19 berbasis messenger RNA (mRNA) ini dapat digunakan pada orang yang berusia 18 hingga 65 tahun dengan tingkat efikasinya yang mencapai hingga 94,5 persen. 

Vaksin ini harus disimpan dibawah suhu 20 derajat celcius. Vaksin asal Amerika ini juga telah melalui uji klinis fase 3 dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EAU) dari U.S. Food & Drug Administration (FDA). 

Vaksin Moderna dikembangkan dengan teknologi mRNA-1273 sintetis untuk meniru permukaan virus corona dan  merekam virus sehingga menghasilkan kekebalan terhadap virus Covid-19. Selain itu, terdapat juga efek samping yang ditimbulkan dari vaksin yang satu ini, berupa nyeri, bengkak dan kemerahan di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, demam, serta mual dan muntah. 

Namun terdapat beberapa orang yang tidak disarankan untuk menggunakan vaksin ini. Dikutip dari situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memaparkan tentang kriteria orang yang tidak disarankan mendapatkan vaksin COVID-19 Moderna, sebagai berikut: 

  1. Orang yang pernah mengalami reaksi alergi baik yang ringan maupun parah terhadap bahan apa pun dalam vaksin mRNA COVID-19 atau setelah mendapatkan dosis pertama vaksin. 
  2. Reaksi alergi langsung tersebut dapat bereaksi 4 jam setelah divaksinasi. Gejala yang muncul biasanya gatal-gatal, bengkak, atau mengi (gangguan pernapasan). 
  3. Reaksi alergi terhadap polietilen glikol (PEG) dan polisorbat. Hal tersebut dikarenakan polisorbat berkaitan erat dengan PEG yang ada di dalam vaksin. Oleh karena itu, sebaiknya orang yang alergi terhadap PEG atau polisorbat tidak mendapatkan vaksin moderna. 

  • Pfizer Inc and BioNTech 


Vaksin yang merupakan hasil kolaborasi perusahaan farmasi kakap asal Amerika, yaitu Pfizer dan BioNTech menggunakan metode yang mirip dengan vaksin Moderna yaitu mRNA. Jika dilihat dari segi efikasinya, virus ini memikili persentase tertinggi dibandingkan virus lainnya, yaitu sekitar 95 persen. 

Namun, penyimpanan virus Pfizer ini harus disimpan di ruangan dingin dengan suhu di bawah 70 derajat celcius. Hal tersebut membuat virus asal Amerika ini agak sulit dibawa ke negara tropis seperti Indonesia. 

CDC mengatakan jenis vaksin Pfizer-BioNTech direkomendasikan untuk orang yang berusia 16 tahun ke atas. CDC juga menjelaskan kriteria bagi orang-orang yang tidak disarankan menerima vaksin Pfizer yang sama seperti vaksin Moderna. 

Sampai saat ini, vaksin Pfizer-BioNTech menjadi satu-satunya vaksin yang mendapat izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Efek samping yang mungkin ditimbulkan dari vaksin Pfizer ini yaitu nyeri di lokasi penyuntikan, rasa lelah, sakit kepala, menggigil, nyeri sendi, dan demam. 

Sekian informasi yang dapat kami sampaikan seputar vaksin covid-19. Sebaiknya kenali dahulu tentang vaksin covid-19 supaya tidak menimbulkan hal yang tidak diinginkan. 

Semoga artikel ini dapat membantu Anda dalam mendapatkan informasi sebelum melaksanakan vaksinasi.

Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment